Sabtu, 29 Oktober 2011

applikasi nokia: SOFTWARE HANDPHONES

applikasi nokia: SOFTWARE HANDPHONES: OPERAMINI Sobat Aku yang Keren2 Ini Operamini  V . 6.1  DOWNLOAD  di sini yaa....... GAME GRATIS Ne aku Posting GAME Buat sobat2 yang mak...

Jumat, 28 Oktober 2011

KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN

Kata Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah berkaitan dengan menatap Alloh Subhaanahu wa Ta’ala kelak di akhirat: “Ini merupakan puncak kerinduan pecinta surga dan bahan kompetisi mereka. Dan untuk hal ini seharusnya orang-orang bekerja keras untuk mendapatkannya.”

Nabi Musa as pernah meminta hal ini. Dijawab oleh Alloh Subhaanahu wa Ta’ala seperti yang tertera di ayat 143 surat Al-A’rof:

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa, “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau.” Tuhan berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku. Tapi lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman.”

Setidaknya ada 7 pelajaran yang dapat diambil dari ayat di atas:

1. Tidak boleh menuduh kepada Nabi Musa as bahwa ia meminta sesuatu yang tidak diperkenankan oleh Alloh Subhaanahu wa Ta’ala

.

2. Alloh tidak memungkiri permintaan Nabi Musa as.

3. Alloh menjawab dengan kalimat, “Kamu tidak akan sanggup melihat-Ku.” Bukan mengatakan, “Aku tidak bisa dilihat.”

4. Alloh Maha Kuasa untuk menjadikan gunung itu tetap kokoh di tempatnya, dan ini bukan hal mustahil bagi Alloh, itu merupakan hal yang mungkin. Hanya saja dalam hal ini Alloh juga mempersyaratkan adanya proses ru’yah (melihat). Jadi, seandainya hal itu merupakan sesuatu yang mustahil, sudah tentu Alloh tidak akan mempersyaratkan hal itu.

5. Kalimat “tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luruh” adalah bukti bahwa bolehnya melihat Alloh Subhaanahu wa Ta’ala. Jika boleh bagi-Nya menampakkan diri kepada gunung, bagaimana terhalang untuk menampakan diri kepada para nabi, rasul, dan wali-Nya di kampung akhirat?

6. Di ayat itu Alloh Subhaanahu wa Ta’ala. memberitahu kepada Nabi Musa as bahwa gunung saja tidak mampu melihat-Nya di dunia, apalagi manusia yang lebih lemah dari gunung.

7. Alloh swt. telah berbicara dengan Nabi Musa as. Nabi Musa as juga telah mendengar perkataan Alloh Subhaanahu wa Ta’ala. tanpa perantara. Maka, melihat-Nya sudah pasti sangat bisa.

Diantara beberapa dalil tentang bertemu Alloh kelak di akhirat sbb:

1. QS Al-Baqarah 223:

…Dan bertakwalah kepada Alloh dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

2. QS Al-Ahdzab 44:

Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: Salam; dan dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.

3. QS Al-Kahfi 110:

Katakanlah: Sesungguhnya aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku, “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya”.

4. QS Al-Baqarah 249:

…” Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: “Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”

Sebagian muslim ada yang mengatakan mustahil melihat Alloh dengan menyandarkan alasan/dalil pada QS Al-An’am 103:

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu.

Kata Ibnu Taimiyah, “Ayat ini lebih menunjukkan bahwa Alloh bisa dilihat daripada menunjukkan tidak bisa dilihat. Alloh menyebutkannya dalam konteks memberikan pujian. Sudah maklum bahwa pujian terhadap diri-Nya adalah sifat-sifat yang pasti dan melekat. Jika tidak ada, maka tidak sempurna, sehingga tidak layak dipuji.”

Ibnu Taimiyah menambahkan, “Hanya saja Alloh itu dipuji dengan tidak adanya sesuatu bila sesuatu itu mengandung hal yang ada wujudnya, sebagaimana pujian terhadap diri-Nya dengan menafikan kantuk dan tidur yang mencakup kesempurnaan terus-menerusnya Alloh mengurus makhluk-Nya; menafikan kematian yang berarti kesempurnaan hidup, serta menafikan capek dan letih yang mengandung kesempurnaan kekuasaan.”

Ibnu Taimiyah lalu menegaskan, “Oleh karena itu, Alloh tidak memuji diri-Nya dengan ketiadaan yang mengandung sesuatu yang melekat. Sebab, sesuatu yang ditiadakan (ma’dum) itu menyertai yang disifati berkenaan dengan ketiadaan itu.

Suatu Dzat Yang Sempurna tidak bisa disifati dengan hal yang layak bagi-Nya maupun sesuatu yang tiada. Jika saja yang dimaksud oleh firman Alloh Subhaanahu wa Ta’ala laa tadrikuhu al-abshaaru adalah bahwa Dia tidak bisa dilihat dalam kondisi apa pun, maka dalam hal ini tidak ada pujian maupun kesempurnaan, karena yang tiada juga demikian. Sesuatu yang tiada jelas tidak bisa dilihat dan tidak bisa ditangkap dengan penglihatan, sedangkan Alloh Subhaanahu wa Ta’ala jelas Maha Tinggi untuk dipuji dengan sesuatu yang juga terdapat pada sesuatu yang jelas tidak ada. Dengan demikian, makna dari ayat di atas adalah bahwa Alloh Subhaanahu wa Ta’ala tetap bisa dilihat namun tidak bisa ditangkap sepenuhnya dan tidak bisa dimengerti hakikatnya.”

Maka, kata Ibnu Taimiyah, “Firman Alloh laa tudrikuhu al-abshaaru menunjukkan puncak dari keagungan Alloh. dan bahwa Dia lebih Besar dari segala sesuatu. Dan juga, karena keagungan-Nya, Dia tidak bisa ditangkap atau dimengerti oleh pandangan. Kata idraak adalah lebih dalam daripada ru’yah (melihat).”

Alloh menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada “pahala yang baik” (surga) dan “tambahannya”. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. (Yunus: 25-26)

Menurut Ibnu Qoyyim, yang dimaksud dengan kata al-husna di ayat itu adalah al-jannah (surga), sedangkan yang dimaksud dengan az-ziyadah (tambahan) adalah memandang wajah Alloh Yang Mulia. Ini adalah tafsir Rosululloh Sholalloohu ‘alaihi wa Salam atas ayat itu dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shohih-nya.

Rosululloh Sholalloohu ‘alaihi wa Salam membaca ayat lilladzina ahsanu al-husna wa ziyadah, lalu bersabda, “Jika ahli surga sudah masuk ke dalam surga, demikian juga ahli neraka sudah masuk ke dalam neraka, maka ada seorang malaikat yang menyeru: Wahai ahli surga, sesungguhnya kalian telah dijanjikan di sisi Alloh, maka sekarang Alloh hendak menunaikan janji itu kepada kalian.

Mereka berkata: apakah janji itu? Bukankah Dia telah membuat berat timbangan kebaikan kami dan telah membuat putih (cerah) wajah kami, serta telah memasukkan kami ke dalam surga dan mengeluarkan kami dari neraka? Akhirnya, tabir pun dibuka lalu mereka bisa melihat kepada-Nya. Sungguh tidak ada sesuatu yang telah Dia berikan kepada ahli surga yang lebih mereka cintai daripada melihat kepada-Nya. Itulah yang dimaksud dengan az-ziyadah.”

Ali bin Abi Thalib rodhialloohu ‘anhu dan Anas bin Malik berkata, “Yang dimaksud adalah melihat Wajah Alloh Subhaanahu wa Ta’ala.” saat menafsirkan ayat lahum maa yasyaa-una fiihaa wa ladainaa maziid, mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi kami ada tambahannya. (Qaf: 35).

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Mereka melihat kepada Robb-Nya. (Al-Qiyamah: 22-23)

Ayat ini menegaskan dengan gamblang bahwa Alloh akan dilihat dengan mata kepala secara langsung pada hari kiamat nanti. Tentang hal ini banyak hadits berderajat mutawatir.

Hadits Abu Hurairah rodhialloohu ‘anhu dan Abu Sa’id dalam Shohihain menceritakan bahwa para sahabat bertanya, “Ya Rosululloh, apakah kita akan melihat Rabb kita pada hari kiamat?” Rosululloh Sholalloohu ‘alaihi wa Salam menjawab, “Apakah kalian mendapatkan kesulitan melihat bulan pada saat purnama?” Mereka menjawab, “Tidak, ya Rosululloh.” Beliau Sholalloohu ‘alaihi wa Salam bertanya lagi, “Apakah kalian mendapatkan kesulitan melihat matahari pada saat tidak ada awan?” Mereka menjawab, “Tidak.” Beliau Sholalloohu ‘alaihi wa Salam kemudian bersabda, “Seperti itu juga kalian melihat Robb kalian.”

Anas bin Malik berkata, “Manusia akan melihat Alloh pada hari kiamat nanti dengan mata kepala mereka.”

Karena melihat Alloh Subhaanahu wa Ta’ala adalah suatu bentuk kenikmatan yang diidam-idamkan banyak manusia, maka sudah barang tentu hanya manusia tertentu yang mendapat kenikmatan tersebut sebagai ganjaran dari amal sholih mereka selama hidup didunia. Dan sudah barang tentu tidak atau belum bisa didapatkan oleh mereka-mereka yang menjadi ahli (penduduk) neraka.

Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Robb mereka. (Al-Muthaffifin: 14-15)

Dan salah satu bagian dari hukuman terbesar terhadap orang-orang kafir adalah mereka terhalang untuk melihat Alloh dan terhalang dari mendengar perkataan-Nya.

Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i menjelaskan tentang ayat itu, “Ketika mereka itu terhalang dari melihat Robb mereka karena mereka adalah orang-orang yang dibenci atau dimurkai Alloh, maka ini menjadi bukti bahwa wali Alloh itu akan melihat Alloh karena Alloh meridhoi mereka.”

Lalu Ar-Rabi’ bertanya, “Wahai Abu Abdillah, apakah benar engkau mengatakan demikian?”

Ia menjawab, “Ya, benar! Karena itu pulalah aku menundukkan diri diri di hadapan Alloh. Kalau saja Muhammad bin Idris tidak meyakini bahwa ia akan melihat Alloh tentu ia tidak mau menghambakan diri kepada-Nya.”

Demikian sekitar bertemu/melihat Alloh swt diakhirat kelak. Hampir semua ulama sepakat bahwa melihat Alloh Subhaanahu wa Ta’ala adalah salah satu kenikmatan yang dijanjikan-Nya kepada para hamba-hamba-Nya yang sholih, dan janji tersebut tidak berlaku bagi mereka-mereka yang dimurkai-Nya atau mereka-mereka yang sedang berada di neraka.

Walloohu a’lamu bish-showab

Referensi Lainnya : http://kembanganggrek2.blogspot.com

ILMU ADALAH CAHAYA

Salah satu tujuan ilmu pengetahuan adalah menegak kan amar ma’ruf nahy munkar. Ilmu yang tak berdiri atas kebaikan dan memerangi kemungkaran adalah ilmu yang hampa.

Rasulullah saw pernah bersabda, ”Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya.” Sifat cahaya yang paling utama adalah memberi penerang. Mengusir kegelapan juga menjadi salah satu tujuan munculnya cahaya. Petunjuk arah juga peran yang tak kalah penting dari cahaya. Maka, ilmu yang benar akan menjadi cahaya yang mengusir kegelapan, sekaligus menunjukkan arah kebaikan.

Posisi ilmu sebagai cahaya adalah posisi mulia dalam kehidupan manusia. Ilmu begitu mulia, bahkan karena kemuliaan ilmu, Allah memerintahkan nabinya untuk berdoa agar Rabbul Izzati berkenan memberi ilmu sebagairezeki. Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan katakanlah: ’Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan,” (QS Thahaa: 114).

Maka, sebuah konsekuensi yang sangat logis ketika kita mempelajari sesuatu yang mulia maka kemuliaan yang sama dengan sendirinya akan menjadi milik kita. Allah memuliakan dan meninggikan derajat manusia yang memiliki ilmu. ” Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: ”Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: ”Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS al Mujadilah: 11).

Sesungguhnya, seluruh penciptaan ini tidak memiliki tujuan lain kecuali penghambaan. Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menghamba kepada-Ku,” (QS Adz Dzaariyaat: 56) Karena itupula, setiap ilmu pengetahuan yang kita pelajari tidak lain harus dibangun dengan satu tujuan, agar proses pengabdian kita kepada Allah SWT lebih baik dan semakin sempurna.

Karena itu pula Rasulullah pernah bersabda tentang ilmu yang paling baik untuk manusia. ”Barangsiapa yang dikehendaki Allah menerima kebaikan, maka Dia akan memberinya kemampuan untuk memahami ilmu agama,” sabda Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari, Muslim dan Tirmidzi.

Ilmu yang baik akan bermanfaat, dan manfaat yang paling besar dalam kehidupan ini adalah menegakkan amar ma’ruf nahy munkar.

Amar ma’ruf nahy munkar adalah tugas besar yang tak mengenal kata usai dalam agama mulia ini. Tugas besar ini terdiri dari dua komponen besar pula, ilmu dan amal. Ilmu yang berlimpah, menggunung dan menganak sungai tidak akan bermanfaat sedikitpun tanpa amal yang berkesinambungan.

”Apakah dengan mengangkat 200 kati minuman keras akan membuatmu mabuk?” demikian seorang pernah bertanya. Mengangkat 200 kati minuman keras tak akan pernah membuat kita mabuk, tapi dengan meminumnya kita akan mabuk dan hilang kesadaran.

Memiliki ilmu yang tinggi, luas dan dalam tidak akan mampu menghentikan kemaksiatan jika sang pemilik ilmu tak mengamalkan setiap pengetahuan yang dimilikinya. Memiliki ilmu dan melakukan amal, merekalah orang-orang yang memiliki kemuliaan dan keberuntungan. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung,” (QS ali Imran: 104).

Ilmu menjadi cahaya karena ada orang-orang yang menyalakannya. Cahaya menjadi penerang karena ada kaum yang bergerak memberikan penerangan. Penerangan menjadi arah atau petunjuk jalan, karena ada mereka yang mengabdikan diri di jalan Allah untuk menyelamatkan manusia.

Predikat shalih tidak terdiri hanya dari komponen iman pada Allah dan hari akhir saja. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,” (QS at Taubah: 71).

Kita tidak akan mendapatkan sebutan beriman sampai kita menjadi penolong dan pelindung bagi orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan. Kita juga tak akan mampu mencapai predikat beriman tanpa menegakkan amar ma’ruf nahy munkar. Taat, shalat dan zakat tak cukup membuat kita berdiri dengan gagah di depan Allah SWT di hari kiamat.

Akan dimuliakan orang-orang yang memiliki dan memuliakan ilmu. Akan dimuliakan orang-orang yang memiliki dan mengamalkan ilmu. Diangkat tinggi derajatnya di muka bumi. Disanjung harum namanya oleh penduduk langit. Bahkan para penuntut ilmu diberi perlindungan khusus oleh malaikat yang membentangkan sayapnya untuk menaungi. ”Sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena ridha pada para pencari ilmu.,” (HR Abu Daud & Tirmidzi).

Bahkan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda, ”Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allah akan memberikan kemudahan jalan baginya untuk menuju surga.”

Tapi lagi-lagi, harus terpatri di dalam hati bahwa ilmu tak akan banyak membantu kecuali dia keluar dari pintu. Artinya, ilmu harus berkelana dan mengejawantah dalam kehidupan manusia.

Ilmu akan berkembang melalui dua cara. Pertama, dengan mengajarkannya. Kedua, dengan mengamalkannya. Dengan mengajarkan, kita melahirkan generasi baru yang berilmu. Dengan mengamalkan, kita mengajak membangun generasi baru pada kondisi yang lebih baik dan penuh kemuliaan.

Para ulama salaf pernah berkata, ”Dahulu kami menghafalkan ilmu dengan cara mengamalkannya.”

Jika kita mengurai kata ilmu dalam bahasa Arab, maka tulisannya terdiri dari tiga huruf saja: ain, lam dan mim. Dari tiga huruf inilah lahir komponen besar dalam peradaban manusia. Barangnya bernama ilmu, orangnya bernama alimdan perilakunya bernama amal. Ketiganya tak bisa dipisahkan. Ilmu tanpa amal, sering disebut pincang. Amal tanpa ilmu, kita memberinya panggilan buta. Ilmu dan amal bisa menjadi gerakan ketika ada seorang alim yang melaksanakan.

Bangunlah para pemilik ilmu, nyalakan cahaya, saat ini umat sangat membutuhkan. Lakukan sesuatu, perbaiki keadaan, dan berikan petunjuk arah agar peradaban manusia tak semakin hancur berantakan. Semoga Allah menolong kita. (Hery Nurdi dalam buku AGAR HIDUP LEBIH BERKAH)

Pentingnya Ilmu Dalam Beramal

Pentingnya Ilmu Dalam Beramal “Rasulullah Saw pernah menginggatkan perihal prilaku tercela melalui hadisnya yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari. Baginda Saw bertanya pada para sahabat tahukah kalian siapa yang disebut dengan Muflis atau orang bankrup itu ?. Para sahabat menjawab, mereka adalah yang tidak berharta. Rasulullah Saw meluruskan jawaban itu dan bersabda. “Orang-orang yang bankrup dari umatku adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala seperti pahala shalat, puasa,zakat dsb, tetapi ia juga datang dengan membawa dosa-dosa kerana ia menyimpan berbagai macam sifat dan perilaku tercela, menghina orang lain,memakan harta orang lain secara bathil, menuduh negatif orang lain,mengalirkan darah dan perilaku negatif lainya. Lantas segala pahala kebaikan yang ia miliki akan dialihkan pada mereka yang pernah ia sakiti. Bila pahalanya telah habis dan kesalahannnya masih menumpuk,maka dosa orang-orang yang ia salahi akan di bebankan padanya.Hingga akhirnya ia di lemparkan kedalam neraka jahanam”. ( HR Muslim).


Jelas akan sia-sia sekali kita beramal ibadah, sementara sifat dan perilaku tercela masih juga di pelihara dalam diri,dan hal ini disebabkan oleh kurangnya ilmu dalam beramal khususnya ilmu yang berhubungan dengan apa yang sedang kita lakukan dalam proses ibadah. Ilmu dan amal adalah dua komponen yang harus berlandaskan pada keingginan untuk merealisasikan amaliah,ilmu dan amal tidak boleh dipisahkan,kehilangan salah satu dari keduanya akan menimbulkan kesalahan demi kesalahan bahkan kesesatan.


Tentang pentingnya ilmu ini Rasulullah pernah bersabda “ Siapa yang menghendaki kebahagiaan hidup dunia,harus dengan ilmu,dan siapa yang menghendaki kebahagian akhirat harus dengan ilmu dan barang siapa yang menghendaki kebahagiaan keduanya (dunia&akhirat) juga harus dengan ilmu”. (HR Tabrani). Dari huraian hadis Rasulullah Saw diatas tidak boleh di bantah lagi kalau setiap diri menginginkan kebahagiaan,kesenangan,keharmonian dsb jalan satu-satunya yang harus di tempuh adalah dengan mempelajari,memahami akan ilmunya. Kerana ilmu pengetahuan duniawi maupun ukhrawi memiliki peranan yang sangat penting didalam mewujudkan kedua keinginan tersebut di atas. Bahkan Allah Swt pun menempatkan orang yang berilmu beriman dan beramal soleh sesuai dengan ilmunya pada darjat yang paling tinggi. Jelasnya, Allah yang memiliki segala sesuatu dan maha pemberi pasti memuliakan darjat orang-orang yang didalam dirinya terdapat tiga hal yaitu keimanan yang kukuh, ilmu pengetahuan yang bermanfaat dan selalu melakukan amal soleh,sabar,ikhlas dan selalu bertawakal pada-Nya. Ilmu adalah landasan iman, hakekat pencarian ilmu pengetahuan pada diri manusia sesungguhnya adalah dalam rangka mengenal Allah Swt dengan segala akibatnya (tauhidullah).


Beramal tampa ilmu jelas sangat tidak rasional bagaikan kapal yang di umbang-ambingkan gelombang di tengah samudra luas sementara keinginan untuk cepat sampai ke daratan sangatlah tinggi,maka hanya mukjizat Allahlah yang paling berperan ketika itu. Begitu juga di dalam kehidupan ini,ibadah bukan hanya sekadar berdiri,rukuk ataupun sujud dalam solat sahaja. Namun,setiap diri akan dituntut untuk melaksanakan apa sesungguhnya hikmah di balik perintah solat itu,begitu juga ibadah-ibadah lainya selain menunaikanya dengan ikhlas dari hikmah yang terkandung di dalamya harus menjadi keutamaan dan tidak boleh di kesampingkan sama sekali. Jelasnya,raihlah keingginan dunia dan akhirat itu sebanyak-banyaknya dan imbangi ilmu itu dengan amaliah ikhlas dan penuh kekhusyukkan. Intinya manusia dapat menilai dan melakukan sesuatu dengan cermat dan hati-hati dan tidak ada kebajikan dalam ibadah kecuali diiringi dengan tafakur,tawakal,maupun perbuatan makruf lainya. Demikian pula didalam menunaikan ibadah-ibadah yang di wajibkan oleh agama,semuanya harus diiringi dengan ilmu dan pemikiran,yaitu memperhatikan dengan cermat dan penuh berhati-hati segala tingkah laku kita dari awal hingga akhir ibadah.


Orang yang selalu mengunakan ilmu dan pemikiran akan menghasilkan ladang amal dan akan selalu menjaga amalanya itu dari perbuatan-perbuatan tercela dalam hidup berinteraksi dengan masyarakat. Sedangkan seseorang yang beramal tanpa di landasi ilmu dan pemikiran,jelas akan di umbang-ambingkan oleh hawa nafsu sehingga akan melahirkan kerugian dan kesia-siaan dalam amaliah tersebut. Amal tanpa ilmu akan rapuh ibarat orang yang perutnya kosong dari bacaan Al Quran, kerana itu bentengilah amal ibadah kita dengan lebih memperkaya lagi ilmu pengetahuan khususnya tentang keagamaan dari berbagai sumber seperti sering membaca buku masalah akhirat,mendengarkan ceramah para ustad dan membuang segala hal yang akan membuat amal ibadah kita tadi tidak bernilai di mata Allah Swt. Islam adalah agama yang menjungjung tinggi nilai-nilai sosial kemasyarakatan, menganjurkan setiap pemeluknya untuk saling beriteraksi,kasi-mengasihi,menjaga persatuan dan kesatuan di antara masyarakat tanpa melihat perbedaan,selagi perbedaan tersebut tidak merendahkan atau menghina nilai-nilai keislaman itu sendiri.


Selamat Jalan kiyai Sejuta Ummat (K.H Zainuddin Mz)

Umat Islam baru saja kehilangan pemimpinnya, KH Zainudin MZ. Media meliput kepergian ulama bergelar Kiai Sejuta Umat berulang kali. Liputan beragam mulai dari berjubelnya jamaah yang ikut menyalati jasad KH Zainuddin MZ, kenangan para sahabat, profil dan perjalanan hidup sampai pesan terakhirnya kepada sang pemimpin negeri ini dalam ceramahnya yang disiarkan oleh tvOne pada 3 Juli (2 hari sebelum kematiannya). KH Zainuddin MZ sangat dekat dengan umat. Pidatonya mudah dicerna, berisi tentang kehidupan sosial, berbangsa dan bernegara yang disampaikan melalui ‘humor menggigit’.

Tulisan ini ingin merefleksi pengalaman penulis bergumul dengan almarhum, meski tidak secara langsung. Ketika itu tahun 1994, tak hanya kaset-kaset berisi siraman rohani KH Zainuddin MZ yang sampai ke desa-desa namun sebuah buku setebal kira-kira 350 halaman juga menyapa umat Islam. Buku berjudul ‘KH Zainuddin MZ: Dai Sejuta Umat’ (1994) ini mengupas tentang perjalanan hidup dan pemikiran dakwah.

Membaca kalimat per kalimat dalam buku ini akan membuat kita seperti berada dalam ‘rasa nyaman’ kedirian kita sebagai bangsa Indonesia. Nilai-nilai nasionalisme dengan beragam kekayaan pemikiran tokoh-tokoh bangsa ini telah mengilhami lahirnya sosok KH Zainuddin MZ yang kita kenal sebagai dai sejuta umat. Dalam buku ‘KH Zainuddin MZ: Dai Sejuta Umat’ tergambar dalam dirinya menyatu empat figur tokoh Indonesia yang fenomenal. Pertama, Soekarno. Sejak kecil KH Zainuddin MZ mengagumi gaya orator Bung Karno yang tampil berani, gagah dan dapat memikat perhatian berjuta-juta rakyat Indonesia. Buku-buku maupun majalah yang mengupas tentang pemikiran bung Karno tak pernah lepas dari kehidupan KH Zainuddin sejak usia sekolah.

Di kala usianya masih 5 tahun, KH Zainuddin MZ kecil memiliki hobi mengikuti Ibunya Zainabun ke pasar. Postur tubuhnya dengan kulit putih dan mata sipit membuat gemas para pedagang Cina di Pasar. Di tengah-tengah kegaduhan pasar itulah, KH Zainuddin MZ kecil kerap naik di atas meja milik pengusaha Cina. Dengan mimik muka serius, KH Zainuddin MZ kecil menirukan gaya pidato Bung Karno. Hobinya naik meja dan berpidato dengan suara lantang juga dilakukan di depan para tamu yang kerap bertandang ke rumah kakek-neneknya.

Kedua, KH Idham Khalid. KH Zainuddin MZ bersentuhan langsung dengan pemimpin NU (1952-1984) ini ketika menuntut ilmu di Madrasah Tsanawiyah hingga tamat Aliyah Perguruan Darul Ma’arif yang dipimpin langsung oleh KH Idham Khalid. Semua tindak-tanduk KH Idham Khalid menarik perhatian KH Zainudin MZ. Kala itu KH Idham Khalid dikenal sebagai singa podium meski bertubuh kecil.

Dalam buku ‘KH Zainudin MZ: Dai Sejuta Umat’ terbitan tahun 1994 ini, KH Zainudin MZ mengkisahkan ada seorang ulama yang dicintai umatnya. Ketika sang ulama tersebut dalam tausiyahnya (pidatonya) menceritakan kesedihan, hampir semua jamaah menangis. Dan jika sang ulama tersebut mengkisahkan kabar gembira, semua jamaah juga tampak wajah berseri. Ulama seperti ini menurut KH Zainuddin adalah ulama yang patut diteladani karena keikhlasannya, karena kedalaman ilmunya, karena kedekatannya pada Allah. Penulis baru memahami ulama yang dimaksud oleh KH Zainuddin MZ adalah
guru yang dihormatinya di Perguruan Darul Ma’arif tersebut.

Selain dikenal sebagai singa podium, KH Idham Khalid juga dikenal sebagai pelobi ulung. Bakat sebagai orator dan pelobi ulang KH Idham Khalid secara perlahan-lahan dipelajari oleh KH Zainuddin MZ kecil. Di banyak kesempatan saat-saat sekolah di Perguruan Darul Ma’arif, KH Zainuddin MZ kecil sering tampil di hadapan teman-temannya dengan beragam ‘guyonan’ khas Betawi. Dalam setiap kali tampil, KH Zainuddin MZ kecil dapat memukau perhatian teman-temannya.

Ketiga, Buya Hamka. Sejak muda, KH Zainuddin MZ sangat gandrung dengan karya-karya sastra Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah). Ketertarikan KH Zainuddin MZ pada sosok Hamka bukan semata karena sang tokoh adalah sastrawan. Selama hidupnya Hamka selain dikenal sebagai sastrawan Indonesia, juga sekaligus ulama, dan aktivis politik. Dari karya-karya Hamka yang memuat tentang sastra Indonesia inilah, sosok KH Zainuddin MZ belajar bagaimana memilih dan memilah bahasa yang sesuai dengan ‘diksi’, bahasa yang kelak digunakannya untuk ‘mencubit’ namun tidak merasakan sakit.

Hamka yang dalam hidupnya otodidak dalam ilmu pengetahuan mengilhami KH Zainuddin MZ juga melakukan hal yang sama. Apa yang dipelajari Hamka mulai dari filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat juga dipelajari oleh KH Zainuddin MZ. Termasuk kemahiran Hamka dalam bahasa Arab juga menginspirasi KH Zainuddin remaja. Karya-karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah yang tuntas dipelajari Hamka, juga dilanjutkan oleh KH Zainuddin MZ di usia muda seperti karya-karya Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal.

Keempat, KH Syukron Makmun. Pimpinan Pondok Pesantren Darul Rahman Jakarta Selatan ini juga idola KH Zainuddin MZ. Keberanian KH Syokron Makmun mengilhami proses pembelajaran KH Zainuddin MZ membentuk karirnya di atas podium. KH Syukron Makmun dikenal sebagai ulama yang berani mengkritik pemerintah Orde Baru. Dalam sebuah cerita dari para santri-santrinya, KH Syukron Makmun kerap menjadi sasaran tembakan misterius namun berkat kedekatannya sang Kiai kepada Allah tembakan
tersebut tidak pernah kena sasaran. Selain berani, KH Syukron Makmun juga dikenal sebagai ulama yang disiplin dalam mendidik para santrinya.

KH Zainudin MZ sejak mudanya berkomitmen mengintegrasikan nilai-nilai, bakat dan kelebihan dari masing-masing empat figur tersebut di atas dalam kepribadiannya dan akhirnya lahirnya figur Dai Sejuta Umat. Pesannya yang bisa ditangkap dari buku ‘KH Zainuddin MZ: Dai Sejuta Umat (1994)’, bagi generasi muda adalah dalam rangka berproses ‘menjadi’ kita bisa belajar dari kepribadian banyak tokoh yang punya pengalaman dan makan garam kehidupan, namun dalam ‘endingnya’ kita harus tampil dengan kepribadian yang khas bukan jiplakan dari tokoh-tokoh tersebut. Hal tersebut ada dalam kepribadian KH Zainuddin MZ.

Dalam seni orator, mungkin ia belajar dari Bung Karno. Soal nilai Islam dalam dakwah, KH Zainuddin MZ belajar dari KH Idham Khalid. Dalam hal seni berbahasa, KH Zainudin MZ berguru otodidak dari pemikiran Hamka. Dan keberaniannya mengkritik apa pun, KH Zainuddin MZ belajar dari KH Syukron Makmun. Ada satu nilai yang sama dan menjadi prinsip dari keempat tokoh tersebut yang juga diterapkan oleh KH Zainuddin MZ dalam berdakwah yakni ‘agar apa yang kita sampaikan diterima di hati umat, maka sampaikanlah dengan hati’. Selamat jalan Dai Sejuta Umat.

Surat Gaza Untuk Indonesia

Sebuah Surat dari GAZA Untuk Indonesia




Surat ini mungkin bisa lebih mengingatkan kita untuk memperbanyak syukur dan mempertebal kepedulian pada Saudara Muslim kita di belahan dunia mana pun...

Seluruh isi surat ini telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dari Bahasa Arab, yang dikirim oleh seseorang bernama Abdullah Al Ghaza yang Mengaku dari Gaza City-Jalur Gaza melalui surat elektronik (Email) dan artikel diterbitkan oleh Buletin Islami

“Untuk saudaraku di Indonesia, mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?

Di saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.

Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.



Wahai saudaraku di Indonesia,

Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak dilahirkan di negri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negri kalian.

Pasti ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapoatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.

Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negri kami ini. Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulance yang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku.!

Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar Asi mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum.

Namun, mengapa di negri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dai informasi di televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negri kalian adalah negri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami disini.

Memeang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!



Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negri ini.

Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin, saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!

Wahai saudaraku di Indonesia,

Negri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negri kalian diblokade juga?

Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.



Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku.

Dan Perdana Menteri kami, Ust Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai saudaraku di Indonesia,

Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan di negri antum (anda). Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat kan? Itu karena kalian punya waktu.

Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami.

Kami di sini sangat menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.

Halafalan antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?



Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acar wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia merupakan diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kimi disini. Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma. Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh dianatara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.

Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur. Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.

Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan , saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.

Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang Islam dan ulama-ulama kalian.

Saudaramu di Gaza, Abdullah Al Ghaza

SUMBER:
by KUMPULAN DOA-DOA ISLAM SEHARI-HARI /POS

Selasa, 25 Oktober 2011

nurul ci imut mut: Rintihan Hati Yang Terluka

nurul ci imut mut: Rintihan Hati Yang Terluka: Duduk terdiam dan termangu yang kulakukan Hanya linangan air mata yang kurasakan Hati terasa tersayat belati cinta Begitu perih dan menya...

Senin, 24 Oktober 2011

Saat Terakhir Rosulullah

Di senja itu
Dikeheningan padang arafah yang gersang
Didesa sepi bernama Namira
Rosul Alloh masih saja duduk diatas ontanya, A-lQaswa
Memandang umatnya menuju tebing-tebing dan perbukitan
dalam diam…
dalam kebisuan…

Angin masih saja bertiup semilir
Seolah ikut menghantar mereka pulang
Sesekali langkah mereka terhenti dan menoleh kebelakang
Seperti tak ingin lepas dari wajah bening Rosul Alloh diatas pelana ontanya

“Ayyuhan nas, isma’u qauli”
Dengarlah kata-kataku……
Aku tidak tahu, apakah setelah hari ini
setelah hari yang suci ini
aku bisa bertemu dengan kalian semua

Ingatlah wahai saudaraku
Aku tinggalkan kalian dua amanat
Jika kalian pegang erat
Kalian pasti selamat dan tak akan tersesat
Kitabullah dan sunah Rosul Alloh

Suara sendu di perbukitan itu
seolah pertanda..
seakan firasat…

Dari kejauhan
Dari atas ontanya.Al-Qaswa
Rosul Alloh masih saja memandang umatnya
Seakam berat melepas kepergian mereka
Sahabat dan pengikutnya perlahan surut dan kemudian pulang kembali kerumahnya

Abu bakar yang arif, tersedu menangis menitikan air mata
hatinya berdesah dan berbisik :
“Ya Rosul Alloh, benarkah kita tidak akan bertemu lagi?”

Pada suatu malam di padang Baqi
di pekuburan para syahid yang sepi
isyrat dan pertanda itu ditiupkan kembali
kemudian terdengar suara Rosul Alloh lirih

“Salam sejahtera wahai kalian penghuni kubur
Ingatlah!!
Hari akhir lebih berat pembalasannya daripada di dunia…
Wahai engkau yang sedang terbaring di tanah ini
Kami pasti akan bersua dan menyusul kalian disana”

Dihamparan makam Baqi
Tanda-tanda telah dinampakkan lagi

Demam dan keletihan mulai membalut tubuh Rosul Alloh
Manusia pilihan Tuhan

Dengan berikat kain dikepala
Rosul Alloh tertatih-tataih berjalan perlahan
Bertopang pada Ali bin Abi Tholib
dituntun oleh Al-Abbas menuju rumah Aisyah

Di pembaringan
tubuh Manusia Agung itu
panasnya semakin memuncak
keringat mulai mengucur
membasahi wajah dan jubahnya

Di pangkuan Aisyah
Rosul Alloh menyandarkan kepalanya
Kemudian terdengar desah suaranya yang lirih bergetar
“Wahai Aisyah!!
Ketahuilah bahwa malaikat pencabut nyawa telah datang dan berbisik padaku”

“Ya Rosul
Alloh Azza wa jalla telah mengutusku dan menyuruhku
Agar tidak mencabut ruhmu kecuali dengan izinmu
Ya Rosullulloh, aku menunggu perintahmu”

“Tunggulah
Tunggulah sampai jibril datang padaku,” pintanya perlahan

Tak lama kemudian dalam keheningan
Bersama desiran angin padang pasir,
Jibril datang dihadapan
Suasana terasa demikian syahdu dan semakin mencekam

“YA Muhammad
Sesungguhnya Alloh telah rindu kepadamu.”

“Wahai Jibril
Jangan tinggalkan tempat ini
Temanilah aku
Saat izrail hendak mencabut ruhku”

Angin padang pasir seakan berhenti bertiup dan memberi tanda duka
Awan seakan memayungi rumah Aisyah yang begitu sederhana
Fatimah, putri kesayangan
Mencium ayahandanya yang terbaring kelelahan
Wajahnya memendam duka dan kesedihan yang kian mendalam

Dengan perlahan
Rosul Alloh meraih wajah putri terkasihnya itu
Dibisikkannya lagi sesuatu yang membuat ia tersenyum terharu
“Wahai putri kesayangan Rosul, apa gerangan yang terjadi?”

“Aku sedih, aku menangis dan menitikan airmata
Karena ayahanda mengatakan akan kembali kepada Tuhannya
Aku tersenyum, karena dibisikan bahwa akulah yang pertama yang akan menyusul ayahanda”

Di pembaringan,
Lelaki Agung itu
Masih aja menegadahkan wajahnya kelangit
Kemudian terdengar suara lirih setengah barbisik :
“UMMATI, UMATTI, YA RABB, UMATTI…..

Dengan wajah memendam duka
Aisyah menarik tubuh lunglai itu kepangkuannya

Dalam keletihan, Rosul Alloh membasuh tangannya
dan kemudian mengusapkan air kewajahnya
Diantara desah nafas yang tersendat terdengar doanya lirih

“Ya Alloh,
ampunilah dosaku
rahmatilah aku
pertemukan aku
bersama orang yang Engkau beri nikmat
Para nabi, Shadikin, Syuhada dam Shalihin”

“Ya Alloh
Ampunilah dosaku
Ampunilah dosaku”

Doa itu semakin lirih
Semakin lirih….
Tangan manusia yang Agung yang terkulai itu…. kian lunglai

Izrail perlahan mendekatinya dan mengucapka salam
Kepada manusia Agung pilihan Tuhan itu
“Apa yang engkau perintahkan padaku wahai Muhammad!!!

Tersengar suara yang semakin lirih berbisik
“Al-hiqni bi robbil’an… Al-hiqni bi robbil’an…!!!!
Pertemukan aku dengan tuhanku sekarang juga… sekarang juga!!!!

Isyarat dan tanda itu semakin mendekat
Diantara keletihan dan kesedihannya
Rosul Alloh memandang sendu wajah sahabat-sahabat dan kerabatnya
Dan kemudian bersabda:
Marhaban bikum…
Selamat datang untukmu sekalian
mudah-mudahan Alloh selalu melindungimu dan menolongmu
Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang yata
dari padaNya untuk kalian

Ajal telah semakin mendekat
Dan kembali itu hanya pada Alloh
Kemudian kesidratil Muntaha
Kemudian kesyurga AL-Ma’wa

Manusia Agung yang sedang terbaring keletihan itu
seakan tidak rela umatnya kelak akan mendapat nestapa
dan tidak ikut melangkah kesyurga bersamanya

“Wahai Jibril,” bisiknya
“Siapkan juga bagi umatku….
Sesudahku”

Kemudian
Saat Izrail akam mencabut ruhnya
Masih juga kekasih Alloh itu bertanya kepada Izrail,
“Ya Izrail……
Akankah umatku akan mengalami sakitnya sakaratul maut seperti ini?”

Diantara desah nafas yang tersendat
Rosululloh menegadah
Bermohon lagi kepada Alloh:
“Ya Alloh biarlah aku yang merasakan seluruh kepedihan
saat sakaratul maut ini
Ringankanlah sakaratul maut untuk umatku……
Ringankanlah sakaratul maut untuk umatku……
Ringankanlah sakaratul maut untuk umatku…… Ya Alloh……”

Alloh segera menjawab pinta doa Rosullulloh, kekasinNya
Yang gelisah memikirkan umatnya

“Berilah kabar yang genbira kepada kekasihKU itu, ya Jibril
Bahwa aku tidak akan menelantarkannya
Aku tidak akan menyengsarakannya
Dan bahwa syurga itu diharamkan atas umat-umat yang lain
Sebelum umatnya memasuki syurgaku”

Mendengar janji Alloh
Cahaya mata yang bening itu
Kemudian pajam tertidur dalam keheningan
Dan dalam keabadian untuk selamanya
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun………………………….

Pentingnya Ilmu Sebelum Berkata Dan Beramal

Pembaca yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, kalau kita membicarakan Ilmu dalam islam, maka kita membicarakan sesuatu yang tidak ada habisnya untuk di bahas. Sejarah mencatat, kehidupan umat manusia sebelum diutusnya Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sangatlah jauh dari petunjuk ilahi. Norma-norma kebenaran dan akhlak mulia nyaris terkikis oleh kerasnya kehidupan, karena itulah masa tersebut masa jahiliyah, yaitu masa kebodohan.

Ketika keadaaan manusia seperti itu maka Allah pun menurunkan Rasul-Nya, dengan membawa bukti keterangan yang jelas, supaya Rasul tersebut bisa membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang berderang dengan keterangan yang sangat jelas, dengan bukti-bukti yang sangat jelas, Allah ta’ala berfirman dalam al-Qur’an, “Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat, karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut (yaitu syaithan dan apa saja yang disembah selain dari Allah ta’ala) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)

Islam adalah agama yang sarat (penuh) dengan ilmu pengetahuan, karena sumber ilmu tersebut adala wahyu yang Allah ta’ala turunkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan perantara malaikat Jibril ‘alaihis salam. Allah ta’ala Berfirman: “Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu menurut hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.” (An-Najm: 3-4) Dengan ilmu inilah Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam tunjukkan semua jalan kebaikan, dan beliau peringatkan tentang jalan-jalan kebatilan. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi yang terakhir dan sekaligus Rasul yang diutus kepada umat manusia dan jin. Maka ketika Rasulullah wafat, beliau telah mengajarkan ilmu yang paling bermanfaat dari wahyu Allahta’ala, ilmu yang sempurna, ilmu yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka barang siapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang cukup untuk kebahagiaannya di dunia dan akhirat.

Ilmu Dahulu Sebelum Amal

Imam besar kaum muslimin, Imam Al-Bukhari berkata, “Al-’Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amali”, Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal. Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allahta’ala “Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad: 19). Dari ayat yang mulia ini, Allah ta’alamemulai dengan ilmu sebelum seseorang mengucapkan syahadat, padahal syahadat adalah perkara pertama yang dilakukan seorang muslim ketika ia ingin menjadi seorang muslim, akan tetapi Allah mendahului syahadat tersebut dengan ilmu, hendaknya kita berilmu dahulu sebelum mengucapkan syahadat…, kalau pada kalimat syahadat saja Allah berfirman seperti ini maka bagaimana dengan amalan lainnya, tentunya lebih pantas lagi kita berilmu baru kemudian mengamalkannya. Ucapan ini beliau katakan ketika memberi judul suatu Bab di dalam kitab beliau “Shahihul Bukhari” dalam kitab Al-Ilmu.

Pentingnya Ilmu Agama

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari sebagian Ulama berkaitan dengan perkataan Al-Imam Al-Bukhari di atas:

Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin berkata: “Al-Imam Al-Bukhari berdalil dengan ayat ini (Muhammad: 16) atas wajibnya mengawali dengan ilmu sebelum berkata dan beramal. Dan ini merupakan dalil atsari (yang berdasarkan periwayatan) yang menunjukkan atas insan bahwa berilmu terlebih dahulu baru kemudian beramal setelahnya sebagai langkah kedua. Dan juga di sana ada dalil ‘aqliyah (yang telah diteliti) yang menunjukkan atas ‘ilmu sebelum berkata dan beramal’. Hal itu karena perkataan dan amalan tidak akan benar dan diterima sehingga perkataan dan amalan tersebut mencocoki syariat, dan manusia tidaklah mungkin mengetahui bahwa amalnya mencocoki syariat kecuali dengan ilmu.” (Syarh Tsalatsatul Ushul Syaikh ‘Utsaimin)

Asy-Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh berkata, “Ilmu itu jika ditegakkan sebelum ucapan dan amal, maka akan diberkahi pelakunya meskipun perkaranya kecil. Adapun jika ucapan dan amal didahulukan sebelum ilmu, walaupun bisa jadi perkaranya itu sebesar gunung, akan tetapi itu semua tidaklah di atas jalan keselamatan…Karenanya kami katakan, Jadikanlah ilmu tujuan penting dan utama, jadikanlah ilmu tujuan penting dan utama, ilmu di mulai sebelum yang lain, khususnya ilmu yang membuat ibadah menjadi benar, ilmu yang meluruskan aqidah, ilmu yang memperbaiki hati, ilmu yang menjadikan seseorang berjalan dalam amalannya sesuai dengan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan di atas kebodohan.” (Syarh Tsalatsatul Ushul Syaikh Abdul Aziz, Maktabah Syamilah)

Ibnu Baththal berkata, “Suatu amal tidak teranggap kecuali di dahului oleh ilmu, dan maksud dari ilmu ini adalah ilmu yang Allah janjikan pahala padanya”. Ibnu Munir berkata, “Imam Al-Bukhari bermaksud dengan kesimpulannya itu, bahwa ilmu merupakan syarat atas kebenaran suatu perkataan dan amalan. Maka suatu perkataan dan amalan itu tidak akan teranggap kecuali dengan ilmu. Oleh sebab itulah ilmu didahulukan atas ucapan dan perbuatan, karena ilmu itu pelurus niat, di mana niat itu akan memperbaiki amalan.” (Dinukil dari Taisirul Wushul Ila Nailil Ma’mul, Syarh Tsalatsatul Ushul)

Pelajaran yang dapat kita petik adalah, kita hendaknya “Berilmu sebelum berkata dan beramal” karena ucapan dan perbuatan kita tidak akan ada nilainya bila tanpa ilmu, amalan yang banyak yang kita lakukan bisa tidak teranggap di sisi Allah kalau tidak didasari dengan Ilmu.

Anjuran Berilmu Agama

Dalam Al-Qur’an dan hadits terdapat begitu banyak anjuran yang memerintahkan agar kita berilmu agama. Bahkan sesungguhnya Allah ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya. Menyiapkan bagi siapa saja yang berjalan di atas titian ilmu tersebut balasan yang baik, pahala, ganjaran, Allah ta’alamengangkat derajat kedudukan mereka di dunia dan akhirat. Allah ta’ala berfirman: “Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.”(QS. Al-Mujadilah: 11)

Keutamaan Ilmu Agama, Pencarinya, dan Ulama

Pembaca yang dimuliakan oleh Allah, sudah suatu kepastian bahwa setiap manusia pada asalnya adalah bodoh, dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Allah ta’ala berfirman, “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

Namun hendaknya setiap pribadi muslim tidak membiarkan dirinya terus menerus dalam keadaan bodoh akan ilmu agamanya sendiri. Sebab kebodohan itu apabila terus menerus dipelihara dapat mengantarkannya kepada kehinaan dan kerugian yang besar. Sebaliknya ilmu agama islam ini adalah satu-satunya ilmu yang dapat mengantarkan seseorang meraih kemuliaan hidup yang hakiki di dunia dan akhiratnya.

Berikut ini di antara motivasi yang Allah dan Rasul-Nya tunjukkan akan betapa mulianya ilmu:

1. Pencari ilmu akan Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menempuh sebuah jalan dalam rangka untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim)

2. Orang yang dikaruniai ilmu agama merupakan tanda kebaikan dari Allah ta’alabaginya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan memahamkan ilmu agama kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka dari hadits ini kita bisa mengambil kesimpulan, seseorang yang tidak Allah berikan pemahaman agama kepadanya maka ini merupakan tanda Allah tidak menginginkan kebaikan kepadanya, dan sebaliknya seorang yang paham dengan agama Allah merupakan tanda kebaikan pada dirinya.

3. Ulama adalah pewaris para Nabi. “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham (harta) akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa mengambilnya maka sungguh ia telah mendapatkan bagian yang sangat banyak.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan At-Tirmidzi)

4. Seorang yang berilmu adalah cahaya yang menjadi petunjuk bagi manusia dalam urusan agama maupun dunia, bila seorang ulama meninggal maka itu adalah musibah yang dialami kaum muslimin. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu secara langsung dari hati hamba-hambanya akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika Allah tidak lagi menyisakan ulama, jadilah manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh sebagai ulama, mereka bertanya kepadanya dan ia pun menjawab tanpa ilmu sehingga ia sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Rasulullah Berdoa kepada Allah agar ditambahkan ilmu agama. Cukuplah kemuliaan bagi ilmu dengan Allah ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi pilihan untuk berdoa meminta tambahan ilmu, bukan meminta tambahan harta atau yang selainnya dari perkara dunia, Allah ta’ala berfirman, “Katakanlah (wahai Muhammad), “Wahai Rabbku, tambahkanlah ilmu bagiku.” (QS. Thaha: 114)

Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menyebutkan tentang keutamaan ilmu dan ucapan para Ulama dalam hal ini, namu cukuplah apa yang telah kami sebutkan di atas untuk mewakili banyaknya keutamaan-keutamaan tersebut.

Ilmu Apa Yang Wajib Dipelajari

Ilmu yang wajib dipelajari bagi manusia adalah ilmu yang menuntut untuk di amalkan saat itu, adapun ketika amalan tersebut belum tertuntut untuk di amalkan maka belum wajib untuk dipelajari. Jadi ilmu tentang tauhid, tentang 2 kalimat syahadat, ilmu tentang iman, adalah ilmu yang wajib dipelajari ketika seseorang menjadi muslim, karena ilmu ini adalah dasar yang harus diketahui.

Kemudian ilmu tentang shalat, hal-hal yang berkaitan dengan shalat, seperti bersuci dan lainnya, merupakan ilmu berikutnya yang harus dipelajari, kemudian ilmu tentang hal-hal yang halal dan haram, ilmu tentang mualamalah dan seterusnya.

Contohnya seseorang yang saat ini belum mampu berhaji, maka ilmu tentang haji belum wajib untuk ia pelajari saat ini, akan tetapi ketika ia telah mampu berhaji, maka ia wajib mengetahui ilmu tentang haji dan segala sesuatu yang berkaitan dengan haji. Adapun ilmu tentang tauhid, tentang keimanan, adalah hal pertama yang harus dipelajari, karena setiap amalan yang ia lakukan tentunya berkaitan dengan niat, kalau niatnya dalam melakukan ibadah karena Allah maka itu amalan yang benar, adapun kalau niatnya karena selain Allah maka itu adalah amalan syirik, kita berlindung dari berbuat syirik kepada Allah ta’ala.

Mewaspadai Bahayanya Kebodohan

Pembaca kaum muslimin yang dimuliakan Allah, demikianlah beberapa bentuk kemuliaan yang Allahta’ala berikan terhadap para pemilik ilmu sehingga tidak sama kedudukannya dengan mereka yang tidak memiliki ilmu. Allah ta’ala berfirman: “Katakanlah (ya Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang yang tidak mengetahui (jahil)?.” (QS. Az-Zumar: 9)

Sebaliknya orang yang jahil akan ilmu agama-Nya disebutkan oleh Allah ta’ala sebagai seorang yang buta yang tidak bisa melihat kebenaran dan kebaikan. Allah ta’ala berfirman, “Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu adalah al-haq (kebenaran) sama dengan orang yang buta? (tidak mengetahui al-haq).” (QS. Ar-Ra’d: 19)

Hal ini menunjukkan bahwa yang sebenarnya memiliki penglihatan dan pandangan yang hakiki hanyalah orang-orang yang berilmu. Adapun selain mereka hakikatnya adalah orang yang buta yang berjalan di muka bumi tanpa dapat melihat. Allah ta’ala berfirman: “Tidak sama antara penghuni an-nar dengan penghuni al-jannah.” (QS. Al-Hasyr: 20)

Semoga Allah ta’ala memberi taufik kepada kita semua untuk senantiasa berilmu sebelum berkata dan beramal. Semoga Allah menolong kita untuk meraih kemuliaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat dengan mempelajari ilmu agama islam yang benar yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah bimbingan Ulama Pewaris Nabi. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Nasehat Islami

Alangkah baiknya jika engkau tetap manis

Meski hidup itu sendiri adalah pahit.

Dan alangkah baiknya jika engkau rela

Walaupun manusia penuh dengan kemurkaan.

Alangkah baiknya di antara aku dan engkau

tetap terjalin hubungan yang mesra

Walaupun di antara aku dengan seluruh alam telah hancur.

Jika benar-benar dari pihak engkau ada yang jujur,

maka segala urusan mudahlah dihadapi.

Sebab tiap-tiap yang ada di antara tanah itu

adalah semata-mata tanah belaka.

(Imam Syafi’i)

Siapa yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan

maka berarti berusaha untuk menghilangkan nikmat itu,

dan siapa yang bersyukur atas nikmat itu

berarti telah mengikat nikmat itu dengan ikatan yang kuat kukuh.

(Al Hikam)

Ajaib masalah Islam ini

Sesungguhnya seluruhnya adalah kebajikan,

kebaikan, persaudaraan, saling menasihati dengan kebenaran,

saling menasihati dengan sabar

Bukankah risalahnya adalah rahmat bagi seluruh alam ?

(Al Lewa Al Islamy)

“Janganlah kamu melihat kepada kecilnya kesalahan, tetapi lihatlah kepada maha besarNya Dzat yang kamu tentang.”

(Bilal bin Sa’ad)

Apabila melaksanakan perintah Allah SWT,

maka tanggalkanlah pandangan manusia yang tertuju kepadamu,

dan tanggalkanlah kepentingan pribadimu,

semua hendaknya engkau tujukan semata-mata kepada Allah saja.

(Abdul Qadir Jailani)

Islam memiliki dinding dan pintu yang kuat.

Dinding Islam itu ialah kebenaran dan pintunya ialah keadilan.

islam akan tetap jaya, selama penguasa-penguasa bersikap keras dan tegas,

tetapi itu dilakukan tidak berarti mesti dengan pedang dan cemeti,

melainkan dengan hak dan keadilan.

(Said bin Suwaid)

Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.

Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.

Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.

Tidak ada kebaikan bagi shadaqah kecuali niat yang ikhlas.

Tidak ada kebaikan bagi kehidupan kecuali kesehatan dan keamanan.

(Al-Ahnaf bin Qais)

Demi engkau,

Apakah arti manusia

selain arti agamanya

karena itu, janganlah tinggalkan taqwa

karena bergantung kepada turunan !

Buktinya, Islam telah mengangkat (Sang Budak) Salman Al-Farisi

Dan menjauhkan kebangsawanan Abu Lahab Karena Syirik.

(Al Lewa Al Islami)

Lima macam obat hati yaitu:

1. Membaca Al-qur’an dan memahami artinya.

2. Mengosongkan perut jangan terlalu kenyang

3. Bangun malam untuk Shalat

4. Berendah diri kehadirat Allah tatkala dini hari

5. Sering duduk bersama orang-orang salah yang baik.

(Ahli Tasawuf)

“Putaran waktu akan memperlihatkan kepada kita

peristiwa2 yang mengejutkan dan memberikan peluang

kepada kita untuk berbuat.

Dunia akan melihat bahwa dakwah kita adalah hidayah,

kemenangan dan kedamaian yang dapat menyembuhkan ummat

dari rasa sakit yang tengah dideritanya.

Setelah itu tibalah giliran kita untuk memimpin dunia,

karena bumi tetap akan berputar

dan kejayaan itu akan kembali kepada kita.

hanya Allah-lah harapan kita satu-satunya.”

(Hasan Al Bana)